Monday, January 10, 2011

Keutamaan Mempelajari Al-Qur’an dan Mengajarkannya


Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman :
“Berkatalah orang-orang kafir, “Kamu bukan seorang yang dijadikan Rasul”. Katakanlah, “Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu dan antara orang yang mempunyai ilmu Al-Kitab”. (QS. 13:43) 

Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda :

“Orang terbaik di antara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari)

Keutamaan Membaca Al-Qur’an
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,” (QS. 35:29)
Nabi telah bersabda,
“Bacalah oleh kalian Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada Hari Kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi yang membacanya.” (HR. Muslim)
“Orang yang mahir membaca Al-Qur’an, maka dia bersama para malaikat yang mulia dan baik-baik dan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata serta ia mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala.” (Muttafaq ‘alaih)
  
Tentang pahala kebaikan yang diberikan kepada orang yang membaca Al-Qur’an, Nabi juga telah menjelaskan dengan sabdanya :

“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an, maka ia mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh kali lipat. Tidaklah aku mengatakan bahwa alif laam miim satu huruf, tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.” (HR.At-Tirmidzi ia mangatakan, “Hasan shahih”)
Beliau juga bersabda tentang orang yang tidak pernah membaca Al-Qur’an,

“Sesungguhnya orang yang di dalam hatinya tidak terdapat sesuatu dari Al-Qur’an, ibarat rumah kosong dan rusak.” (HR. At-Tirmidzi dan ia berkata, “Hasan Shahih”)

Adab-Adab Membaca Al-Qur’an 
  • Mengikhlaskan niat dalam membaca Al-Qur’an semata-mata karena Allah, sebagaimana juga yang dituntut dalam ibadah-ibadah yang lain.
  • Bersuci dan bersiwak sebelum membaca Al-Qur’an.
  • Jangan membaca Al-Qur’an di tempat-tempat kotor, seperti kamar mandi/tempat wudhu dan jangan membacanya dalam keadaan junub.
  • Berlindung kepada Allah dari syetan ketika memulai membaca-nya yaitu mengucap ta’awudz atau isti’adzah.
  • Membaca basmallah pada setiap permulaan surat, kecuali surat At-Taubah.
  • Membaguskan bacaan Al-Qur’an sesuai kemampuan, juga hendak-nya membaca dengan memelas, khusyu’ dan disertai tangisan.
  • Bersujud ketika melewati ayat-ayat Sajadah.
  • Menghentikan bacaan ketika ke luar angin, menguap dan merasa ngantuk.
  • Membaca Al-Qur’an dengan tartil dengan memperhatikan hukum-hukum dalam ilmu tajwid.
  • Membaca Al-Qur’an dengan niat untuk mengamalkannya dan menggambarkan seolah-olah Allah sedang berfirman dengan bacaan tersebut.
  • Disunnahkan bagi yang membaca Al-Qur’an, ketika melewati ayat-ayat tentang rahmat supaya memohonnya kepada Allah, dan berlindung kepada-Nya tatkala melewati ayat-ayat adzab.
Sikap Muslim terhadap Al-Qur’an 
Apabila kita ingin memperhatikan keadaan kita saat ini, maka akan di dapati bahwa masih banyak di antara kita yang amat jauh dari Al-Qur’an, bahkan ada yang begitu amat jauh dari petunjuk dan pengajaran yang ada di dalamnya.
Masih amat banyak di antara mereka yang tidak mahu membaca Al-Qur’an seluruhnya, sebagian lagi ada yang membacanya hanya ketika waktu shalat saja, ada pula yang membacanya hanya ketika dalam kondisi kepepet atau kesulitan. Tak jarang pula di antaranya ada yang membaca, namun tidak mau mentadaburi dan memperhatikan isinya, atau membacanya tapi tidak mau mangamalkannya.
Bahkan yang paling parah adalah ada di antaranya yang mendustakan sebagian ayat-ayatnya dan selalu mempermasalahkannya. Ia katakan bahwa ayat-ayat tersebut sudah tidak relevan lagi dengan kehidupan masa kini, ketinggalan zaman dan tidak cocok untuk diterapkan. Tidak diragukan lagi bahwa sikap semacam ini adalah kekufuran yang nyata, dan bukan merupakan jalannya orang-orang Mukmin.

Ada beberapa bentuk sikap menjauhi Al-Qur’an, di antaranya sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnul Qayim adalah sebagai berikut:
  • Tidak mau mendengarkan, mengimani dan perhatian terhadapnya.
  • Tidak mau mengamalkannya, dan tidak menerima apa yang dihalalkan dan apa yang diharamkan, meskipun ia membaca dan percaya kepadanya.
  • Tidak mau berhukum dan memutuskan perkara dengannya, baik dalam masalah ushul (pokok) agama maupun cabang-cabangnya.
  • Tidak mau mentadaburi, memahami serta mempelajari apa yang dikehendaki oleh Allah dalam firman tersebut.
  • Tidak mau mempergunakannya sebagai penyembuh dan obat bagi berbagi penyakit hati.

Keseluruhan yang telah tersebut di atas, masuk pada kategori firman Allah, 

“Berkatalah Rasulullah saw :

 “Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuhkan”. (QS. 25:30)  

Dan bentuk-bentuk hajr (ketidakpedulian) tersebut antara satu dengan yang lain berbeza-beza tingkatannya.

Demikian semoga Allah memasukkan kita semua sebagai ahli Al-Qur’an, orang suka membacanya, mendengar-kan dan mentadaburinya untuk kemudian mengamalkannya, amin ya Rabbal ‘alamain.

P/s : Nabi telah bersabda:Bacalah oleh kalian akan al-quran,sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi yang membacanya.(HR muslim)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...